dandelion

Kamis, 18 November 2010

Melihatnya Di Barisan Unta Merah

written at : 1 September 2010

Melihatnya Di Barisan Unta Merah, Alhamdulillah Pulang ^^

Allah selalu punya skenario yang indah untuk memberi petunjuk kepada hamba-hamba Nya. Dan masing-masing punya skenario atau naskah hidupnya sendiri-sendiri. Maha Besar Allah. Hari ini aku berjumpa lagi dengan sosok kecil itu. Yang kini telah dewasa dan kurasa cukup bermakna kusampaikan ceritanya disini. Karena skenario yang dia miliki menurut kacamataku, cukup baik untuk diambil sedikit pelajaran.

Hmm masih teringat jelas dia yang begitu manja, gendut, lucu, cerewet dan nakal. Tapi di juga pinter, supel dan ramah. Adek kecil ku kini sudah dewasa, sudah jadi ikhwan, bangganya ^^. Memang cuma tetangga, tapi seperti adik sendiri. Ga terbayang, padahal dulu begitu manja, suka nangis, usil dan cerewet, selalu saja menganggu kalau sedang bermain bersama. Ingat juga ketika kecil dia selalu bilang “mb nanti aku smp nya mau masuk pesantren ah” Padahal kakaknya yang seumuran dengan ku menolak mentah mentah saat di suruh masuk pesantren. waah kangen waktu dulu. Selepas sd dia langsung masuk pesantren, jadi jarang sekali aku melihatnya. Terkadang pulang hanya melihat sekilas saja. Karena dia pandai kini dia sudah kelas 3 SMA, bayangkan dia akselerasi dipesantrennya, subhanallah, adik ku yang lucu itu punya jalan sendiri. Dan skenario Allah untuknya sangat indah bagi ku. Aku sayang adik kecil itu. Senyumnya, candanya, manjanya. Walau kini sudah agak berbeda, ga gendut lagi ^^, memakai pakaian khas ikhwan, dan berkacamata –jadi kelihatan serius, padahal seneng bercanda-. Sekarang jauh lebih sopan jika bertemu, hanya tersenyum, ngobrol sebentar sambil menundukkan pandangan, suhanallah, benar-benar tak terbayang sebelumnya. Semoga tetap istiqomah ya dek, jangan manja n nakal lagi ^^.

mengenai judul di atas, karena sering melihat sosoknya aja jika pas shalat di masjid. Kudapati dia tepat di belakang imam setiap kali berjamaah, biar dapat unta merah kan dek ^^. Love you cos Allah. Jalan kita memang berbeda, tapi salut padamu dek, di umur an remaja aja sudah istiqomah di jalanNya, sesuai ajaranNya dan selalu menjaga syari’atny. Congrats.

Sadar, Paham atau Mengerti ??

Kita sebagai mahasiswa yang aktif hendaknya menyadari bahwa ketika kita berjuang dalam hal apapun di kampus ini, terutama untuk kepentingan islam, hakikatnya dilakukan dalam rangka membersihkan diri, menyucikan jiwa kita, melaksanakan sebagian hak Allah yang wajib kita tunaikan dan agar kita bisa mendaptakan pahala dari Allah pada hari ketika penglihatan telah gelap dan hati telah menyesak ke tenggorokan. Kita sendirilah yang akan beruntung jika kita maju ke medan perjuangan dan sebaliknya kita sendirilah yang akan merugi jika mundur darinya.

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam.” (Al Ankabut : 6)

“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan menganti kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu.” (Muhammad : 38)

Kita juga harus mengetahui bahwa harga diri yang sejati adalah dengan islam. Tanpa islam, kita bagai tak mempunyai harga diri, karena ketika itu kita... bagai bintang ternak, bahkan lebih sesat lagi...; juga bahwa kemuliaan sejati tidak mungkin diwujudkan kecuali dengan berperan serta dan konsisten dalam perjuangan islam ini. “Barang siapa yang menyendiri maka ia akan menyendiri di neraka” dan barang siapa yang terlibat dalam perjuangan, berarti telah memiliki hubungan dengan nasab yang paling mulia serta memiliki jaringan dengan kafilah para pemberi petunjuk, yaitu termasuk dalam golongan orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah yaitu para nabi, shidiqin, syuhada dan orang-orang saleh dan mereka itu sebaik baiknya kawan.

Kita harus menyadari bahwa perjuangan islam harus mengetahui bahwa bertahan dalam perjuangan merupakan syarat untuk mendapatkan keteguhan. “Sesungguhnya. Serigala itu tidak akan memangsa kecuali kambing yang menyendiri.”

Di dalam sebuah masyarakat yangg di penuhi dengan gelombang fitnah seperti malam yang gelap gulita ini, tidak mungkin seseorang yang jauh dari “dzikra” (peringatan Allah) dan jauh dari sikap saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran, bisa hidup tanpa mendapatkan pengaruh dan ternodai oleh kotoran – kotorannya.

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz Dzariyat : 55)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al Ashr : 1-3)

Karena itu, tidak ada pilihan lain untuk hidup selain di dalam naungan keluarga beriman, tidak ada pilihan untuk tidak bergabung dalam masirah Ar Rahman.

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang – orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan NyA ; dan jangan lah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan darimengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaanya itu melewat batas.” (Al Kahfi: 28)

Sadarilah bahwa perjuangan kita hanya karena Allah, dan sadarilah pula bahwa perjalanan ini panjang dan berat, serta bahwa surga Itu di kelilingi oleh berbagai hal yang tidak mengenakkan sedangkan neraka dikelilingi dengan berbagai kesenangan.

Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh manusia cengeng yang hanya dengan hembusan angin sepoi-sepoi pipinya terluka dan hanya karena sentuhan sutra jari-jemarinya berdarah. Jalan in tidak mampu ditempuh oleh orang yang cemas akan masa depan rezeki dan kehidupannya.

Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh orang yang hobinya bermain-main dan bersenang-senang, hatinya sempit, dan kekuatannya keropos. Juga siapa saja yang tidak mampu bersabar terhadap satu perkataan, apalagi terhadap celaan. Juga orang yang bangga dengan pendapatnya sendiri, yaitu orang bodoh, namun ia tidak tahu bahwa dirinya bodoh. Juga orang yang tidak mau menerima keputusan bersama dan memegang Pendapat jamaah.

Ia merupakan jalan untuk membersihkan dan menyucika diri, jalan kasih sayang dan kemuliaan, jalan kesabaran ynag panjang, jalan kejujuran dan keikhlasan. Jalan dengan karakteristik semacam ini tidak mungkin ada yang bisa bertahan di dalamnya selain orang-orang beriman yang hati mereka terikat dengan Allah; orang-orang yang jiwa mereka memandang kepada Allah Yang Maha Esa dan Ash Shamad (Allah Tempat Memohon)

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupka (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap – tiap sesuatu.” (Ath Thalaq : 3)

“... maka barangsiapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (Al Fath : 10)

Cahaya Atas Cahaya

written at : 17 Februari 2010


﴿ ٱللهُ نُورُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكاةٍ فيها مِصْباحٌ الْمِصْباحُ في‏ زُجاجَةٍ الزُّجاجَةُ كَأَنَّها كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكادُ زَيْتُها يُضي‏ءُ وَلَوْلَمْ تَمْسَسْهُ نارٌ نُورٌ عَلى‏ نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشاءُ وَ يَضْرِبُ اللهُ الْأَمْثالَ لِلنَّاسِ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ عَليمٌ ﴾

Allah SWT berfirman:

“ Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah tempat pelita yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu berada dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang penuh berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api (lantaran minyak itu sangat bening berkilau). Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (An Nur: 35)

Sebagai manusia biasa seringkali cahaya-cahaya di hati kita redup bahkan menuju ke kegelapan. Banyak hal di luar sana yang membuatnya menjadi redup dan tak bersinar kembali. Segala aktifitas dan kesibukan kita tanpa disertai niatan untuk Nya menjadikan cahaya itu semakin meredup. Belum lagi dengan kenikmatan dan fasilitas hiburan yang kini banyak merajalela. Semua kehidupan dunia itu sungguh melenakan. Segala hiasannya, semua kesibukkannya, segala kesenangan dan kesedihannya, semuanya melupakan kita akan cahaya Nya. Hati ini menjadi mati tanpa cahaya islam. Rasa ini menjadi tak peka lagi dengan kehidupan akhirat nanti. Bahkan jiwa dan raga menjadi tak berjalan semestinya.

Namun banyak sekali dari kita yang masih saja terlena akan dunia. Karena begitu dahsyat godaannya. Kecuali orang-orang yang beriman kepada Nya. Muslim yang sebenarnya. Oleh karena itu bekalilah diri dan hati kita ini dengan cahaya-cahaya Nya. Cahaya ilmunya dari Al Quran dan Al Hadist. Karena Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi.

Sebuah taujih dari sang murabbi, masih jelas teringat.

-Allah lah pemilik segala kesempurnaan. Dan tugas kita menyempurnakannya tadi. Kesempurnaan adalah keniscayaan, karena kita bukanlahh jamaah malaikat yang tanpa cela. Tugas kitalah untuk menyalakan cahaya-cahaya Rabbaniyah di dada umat. Jikalau perjuangan ini harus menunggu sampai dakwah mengakar di seluruh lapisan, boleh jadi negeri ini sudah semakin rusak. Maka nyalakanlah cahaya-cahaya tadi di dada setiap insan, hingga mampu menjadi ruh penggerak dan pelita untuk menciptakan keluarga-keluarga perindu surga dan pelita bagi seluruh masyarakat, hingga akhirnya memberi pendar cahayanya pada seluruh lapisan kehidupan. Kuatkan cahaya-cahaya ruhiyah tadi dengan payung yang kokoh. Hingga pancaran cahaya kemuliaan kian nyata dalam kehidupan yang berkah.-

...Jadi rindu akan Cahaya Nya...

Episode Terselip

1 Oktober 2010

Atau kah pada akhirnya saya memang harus mempelajari ini, yah kepingan episode yang ini. Yang kiranya menghabiskan sisa pikiran dah hati. Tapi toh semuanya pasti kan lewat dan terlalui. Cukup lihat saja apa yang akan terjadi nanti.Episode yang tak ku sukai,tapi tetap dan memang harus terjadi. Ayuk mulai saja untuk mencoba memahami.

Hmm, benar benar menguras hati. Pikiran tak tenang. Rasanya juga tidak nyaman. Saya sudah bingung mau memutar ide atau jalan seperti apa lagi agar dapat keluar dan segera menyelesaikan episode ini. Kalau ibarat pesinetron, cukup FTV sajalah, jangan lama lama, karena menambah pening di kepala.

Sifat hidup manusia adalah berdampingan, bersosialisasi tak bisa hidup sendir. Tapi jika merasa sendiri, itu yang sulit. Di tengah hiruk pikuk keramaian, lalulalang kesibukan, gegap gempita pekerjaan saya merasa hampa. Inilah tidak enaknya bagian episode hidup yang satu ini. Merasa sendiri.

Susah sekali kalau sudah terjatuh dalam lubang ini, beribu ribu bahkan berjuta juta orang yang memotivasi masih saja membuat episode ini terasa sepi. Namanya juga sendiri. Susah.Bingung.Gundah.Hampa.Tidak tahu harus gimana. Benar benar tidak suka kepingan episode ini.

Diri juga jadi bimbang menghadapi semua hal. Bagaikan semua beban di tanggung sendir. Berat.Penat.Jenuh. Tapi inilah yang namanya pelajaran hidup. Harus tetap dipelajari walaupun sakit and pahit. Semoga saja tidak salah mengambil kesimpulan dari segala hikmah yang tersembunyi ini.

Di episode kali ini, saya merasa yakin jangan gantungkan diri pada orang lain. Orang lain saja juga masih bergantung.Jadi saya harus cuma menggantungkan hati n diri pada Allah ta'alla..yang Maha akan segalanya. sayang buruknya saya terlalu banyak menelan racun racun kekecewaan dan mengakibatkan tidak percaya muncul. penyakit pesimis yg dulu pernah lama ada. Huft, yang namanya episode sendiri. Saya jadi ragu untuk mengungkap kan semuanya. Toh saya sudah kecewa, dengan meminta tolong kepada manusia yang nyatanya juga tidak sempurna.

Tapi hampir meledak saya jadinya,jika rasa rasa ini tidak terungkap dan diberi penawar solusinya.Bisa pusing tiap hari kalau memikirkan nya. Huh dasar episode sendiri. membuat saya tidak berkutik apa apa.

Dengan episode ini, bagaimana mungkin saya bisa berbagi berbagai cerita duka dan tawa. Adanya episode ini, mana mungkin saya sanggup percaya pada manusia yang lain nya. Gara gara episode ini, saya menjadi kehilangan akal dan kreatifitas produktif diri. Episode ini membuat orang orang pun tidak peduli dengan keberadaan, keadaan saya. kan ceritanya lg sendiri, jd org lain pun tak akan paham dan tahu.

Makanya saya tidak suka episode ini...